Sabtu, 19 Desember 2015

ARTIKEL PENTINGNYA PEMBERIAN SARAPAN PAGI PADA ANAK USIA SEKOLAH (7-12 TH)



ARTIKEL PENTINGNYA PEMBERIAN SARAPAN PAGI PADA ANAK USIA SEKOLAH (7-12 TH)

1.      Pengertian sarapan pagi
Pengertian Sarapan Kata sarapan dalam KBBI (2002 : 999) berasal dari kata sarap yang diberi akhiran –an, kata sarap atau menyarap adalah kata kerja yang berarti makan sesuatu pada pagi hari. Dalam bahasa Inggris disebut “Break Fast”.1 Kemudian setelah diberi akhiran –an menjadi kata benda, memiliki arti makanan pada pagi hari.2 Menurut definisi yang telah dikemukakan di atas, sarapan merupakan makanan yang dikonsumsi di pagi hari. Bila dilihat dari kebiasaan masyarakat mengatakan kalimat tersebut, sarapan dapat memiliki 2 definisi yaitu kata benda yakni makanan yang dikonsumsi dan kata kerja yaitu kegiatan mengkonsumsi atau memakan makanan di pagi hari. Contoh kalimat yang biasa diungkapkan masyarakat adalah “sarapan terlebih dahulu sebelum beraktivitas”. Jadi sarapan dapat diartikan sebagai memakan makanan di pagi hari sebelum beraktivitas atau melakukan kegiatan.
Sarapan pagi adalah makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktifitas, yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan jumlah makanan yang dimakan kurang dari 1/3 dari makanan sehari (dinkes kesehatan DKI jakarta, 2011 )
Sarapan pagi adalah makanan yang di konsumsi yang mengandung seluruh gizi lengkap yang diperlukan tubuh menjadi pemasok kebutuhan kalori tubuh sedikitnya 30 % (selama 4-6 jam) dari total kebutuhan energi setiap hari (siagian, 2011).
Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap pada pagi hari, waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul 10.00 pagi. Sarapan dianjurkan menyantap makanan yang ringan bagi kerja perncernaan, sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar serat tinggi dengan protein yang cukup namun dengan kadar lemak rendah. Selain itu, mengonsumsi protein dan kadar serat yang tinggi juga dapat membuat seseorang tetap merasa kenyang hingga waktu makan siang (Jetvig, 2010).
Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan pada pagi hari. Sarapan
pagi mempunyai peranan penting bagi anak. Anak yang terbiasa sarapan pagi akan mempunyai kemampuan yang lebih baik dari pada anak yang tidak terbiasa sarapan pagi. Sarapan pagi bagi anak akan memacu pertumbuhan dan memaksimalkan kemampuan di sekolah (Elizabeth, 2003).
Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat  seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima sempurna. Ini berarti kita benar-benar telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap (Khomsan, 2002).
Sarapan pagi yang baik harus banyak mengandung karbohidrat karena akan glukosa dan mikro nutrient dalam otak yang dapat menghasilkan energi, selain itu dapat berlangsung memacu otak agar membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran. Manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi diharapkan terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena pada malam hari di tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan tenaga untuk menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh lainnya. Seseorang yang tidak sarapan pagi, pastilah tubuh tidak berada dalam keadaan yang cocok untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Hal ini dikarenakan tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan
mengambil cadangan glikogen, dan jika ini habis, maka cadangan lemaklah yang diambil (Moehji, 2009).
Suka atau tidak suka, ternyata sarapan memberikan banyak efek positif bagi aktifitas yang akan dijalani. Menurut info yang saya baca, hanya meminum teh dan ditambah beberapa potong kue atau biskuit bukan merupakan sarapan. Dianjurkan agar makan secukupnya sebelum memulai aktivitas.
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein 3yang ada di dalam bahan makanan (Almatsier, 2004).
Tubuh membutuhkan asupan makanan agar dapat melakukan aktivitas dengan baik. Pada pagi hari, tubuh membutuhkan asupan energi yang banyak karena pada pagi hari seseorang melakukan banyak aktivitas. Oleh karena itu, setiap orang sangat disarankan untuk sarapan pagi agar dapat melakukan aktivitas tanpa merasa kelelahan.
Sarapan pagi menjadi sangat penting, karena kadar gula dalam darah akan menurun sekitar dua jam setelah seseorang bangun tidur. Jika anak tidak sarapan,dia biasanya akan merasa lemas atau lesu sebelum tengah hari karena gula darah dalam tubuh sudah menurun (Yusnalaini, 2004 ).

Mengapa Sarapan Pagi Itu Penting?
setelah hampir delapan sampai sepuluh jam saluran pencernaan beristirahat selama anak tidur, tubuh membutuhkan asupan makanan untuk menyokong energi untuk beraktivitas dan konsentrasi belajar. Sarapan pagi sangat penting diberikan kepada anak di usia sekolah, maka dari itu orangtua harus selalu memberikan dan juga membiasakan anak untuk sarapan
setiap pagi. Karena dengan sarapan pagi banyak manfaat yang bisa kita peroleh dan dapat melatih anak untuk disiplin. Sarapan mungkin terdengar sepele, namun sangat vital
bagi tubuh kita, apalagi bila dituntut untuk beraktivitas seharian. Seringkali kita mengabaikan sarapan dengan alasan kurangnya waktu, atau bosan dengan menu sarapan yang itu-itu saja. Padahal, sarapan bukan sekedar pengganjal perut, tapi juga memberikan energi agar kita
bisa beraktivitas dengan baik, otak bekerja lebih optimal, dan tidak cepat mengantuk.
Sarapan juga dapat mengembalikan fungsi metabolisme tubuh, dan membiasakan sarapan pada anak setiap pagi ternyata membantu anak-anak fokus mengerjakan tugas-tugas di sekolah.
Seorang ilmuwan mengatakan sarapan pagi merupakan makanan khusus untuk otak, hal ini didukung dari sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa sarapan berhubungan erat dengan kecerdasan mental, dalam artian, sarapan memberikan nilai positif terhadap aktivitas otak, otak menjadi lebih cerdas, peka dan lebih mudah untuk berkonsentrasi. Hal ini secara tidak langsung akan mendatangkan pengaruh positif terhadap anak sekolah dalam beraktivitas di sekolah.

2.      Manfaat sarapan pagi
Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik (Khomsan, 2010).
Ulasan  manfaat sarapan di pagi hari :
Ø  Sarapan dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan
Menunda sarapan membuat Anda sulit memperoleh asupan nutrisi dan vitamin yang direkomendasikan.  Menu sarapan seperti sereal dengan susu atau yogurt rendah lemak plus granula akan memberi cukup kalsium dan serat.
Ø  Sarapan bisa menurunkan berat badan
Ketika Anda beraktivitas dengan perut kosong, tubuh akan membakar kalori secara lambat. Menurut ahli nutrisi penulis buku The F-Factor Diet Tanya Zuckerbrot, R.D., sarapan pagi setelah perut kosong semalaman dapat meningkatkan metabolisme, yang artinya pembakaran kalori sepanjang hari menjadi lebih efisien. Namun Zuckerbrot menekankan bahwa kunci dari semuanya adalah jenis makanan yang Anda konsumsi. Makanan dengan kandungan karbohidrat sederhana seperti donat akan membuat glukosa melonjak, kemudian turun drastis. Ini juga menyebabkan Anda merasa lapar pada jam 11-an. Cara yang lebih baik adalah dengan mengkonsumsi jenis berkarbohidrat kompleks seperti oatmeal atau roti gandum murni. Makanan dengan kadar serat tinggi dan rendah gula akan dicerna dengan lambat, sehingga menyediakan energi yang konstan dan membuat Anda tidak cepat lapar.
Ø  Sarapan tingkatkan kemampuan otak
Riset para ahli dari Universitas Swansea Wales membuktikan bahwa pelajar yang selalu sarapan mencatat rata-rata skor 22 persen lebih tinggi ketimbang rekannya yang tidak sarapan. Ketika Anda bangun pagi sebagian besar energi dalam bentuk glukosa dan glikogen telah habis terkuras oleh aktivitas sehari sebelumnya. Menurut para ahli, glukosa adalah satu-satunya bahan bakar yang dibutuhkan otak. Tanpa glukosa yang cukup, Anda merasa lelah dan berkunang-kunang.
Ø  Perlindungan terhadap sakit jantung
Riset menunjukkan, wanita sehat yang melewatkan sarapan selama dua pekan memiliki kadar kolesterol buruk LDL (Low density lipoprotein) lebih tinggi ketimbang mereka yang menyantap semangkuk sereal dengan susu di pagi hari. Zuckerbrot menjelaskan, serat dapat mengikat kolesterol dan mempercepat eksresi sebelum mencapai pembuluh arteri. Oleh sebab itu, penelitian 10 tahun yang dilakukan Harvard Nurses Health menyimpulkan bahwa asupan serat tinggi berkaitan dengan penurunan risiko penyakit jantung hingga mencapai 50 persen.
Menurut Khomsan (2010) ada 2 manfaat yang diperoleh kalau seseorang melakukan sarapan pagi, antara lain :
1.Sarapzan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk
meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas.
2.Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan
beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh.
Beberapa manfaat sarapan bagi anak usia sekolah adalah meningkatkan kemampuan
otak. Schroll (2006) mengemukakan bahwa terdapat efek sarapan dengan retensi memori siswa di tingkat perguruan tinggi. Sarapan juga bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Hasil penelitian epidemiologis dan klinis menyebutan bahwa kekurangan gizi menghambat respon imunitas dan meningkatkan resiko penyakit infeksi (Siagian,2006). Selain itu sarapan juga bermanfat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.sarapan berkontribusi terhadap keadekuatan nutrisi dan meningkatkan gambaran diet, sebagai elemen penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Rampersaud (2009).
Upaya keluarga dalam membentuk kebiasaan sarapan anak merupakan bentuk dari
dukungan keluarga.Shumaker & Brownell, (1984 dalam Peterson & Brewdow, 2004)
mengemukakan bahwa dukungan keluarga merupakan bagian dari dukungan sosial, dimana
terjadi pertukaran sumber-sumber antara penyedia layanan kesehatan dan keluarga sebagai
penerima layanan untuk meningkatkan kesejahteraan.Kahn, (1979 dalam Peterson & Brewdow, 2004) mengungkapakan defiinisi dukungan sosial sebagai hubungan interpersonal yang mempunyai komponen tersedianya bantuan yang nyata), pemberian dukungan atau motivasi dan perasaan memiliki dan mencintai.
Upaya pemenuhan kebutuhan gizi pada anak usia sekolah adalah dengan memenuhi
ketiga komponen dukungan sosial tersebut, sebagai upaya untuk membentuk kebiasaan sarapan pada anak. Selain ketiga upaya tersebut, orang tua perlu memberikan dukungan
berupa model peran bagi anak-anaknya.hingga orang yang melihat akan mengikuti perilaku tersebut (Kroller & Warschburger, 2009).
Keluarga dan teman sebaya dapat merupakan model yang kuat bagi anak dan remaja.Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan, termasuk pendidikan tentang kebiasaan makan yang sehat.
Sarapan pagi termasuk dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang dalam pesan kedelapan. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan (Soekirman, 2000).
Tubuh membutuhkan asupan makanan agar dapat melakukan aktivitas dengan baik. Pada pagi hari, tubuh membutuhkan asupan energi yang banyak karena pada pagi hari seseorang melakukan banyak aktivitas. Oleh karena itu, setiap orang sangat disarankan untuk sarapan pagi agar dapat melakukan aktivitas tanpa merasa kelelahan.
Manfaat Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik (Khomsan, 2010).
Sarapan pagi termasuk dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang dalam pesan kedelapan. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan (Soekirman, 2000).
Kerugian Tidak Sarapan Pagi Seseorang tidak sarapan pagi berarti
perutnya dalam keadaan kosong sejak makan malam sebelumnya sampai makan siang nantinya. Bila anak sekolah yang tidak sarapan pagi maka kadar gulanya akan menurun. Jika kondisi ini terjadi, maka tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan mengambil cadangan
glikogen. Dalam keadaan seperti ini, tubuh pasti tidak berada dalam kondisi yang baik untuk melakukan pekerjaan yang baik.
Selain itu, bila tidak sarapan pagi dapat menyebabkan konsentrasi belajar berkurang, kecepatan bereaksi menurun tajam, sehingga kemampuan memecahkan suatu masalah juga menjadi sangat menurun. Dengan demikian prestasi belajar juga ikut menurun.
Kebiasaan tidak sarapan pagi yang berlama-lama juga akan mengakibatkan pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan anak menjadi terganggu. Dengan demikian seorang anak yang biasa tidak sarapan pagi dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk pada penampilan intelektualnya, prestasi di sekolah menurun dan penampilan sosial menjadi terganggu (Khomsan, 2010).
Kebiasaan Makan Anak Sekolah Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Membiasakan anak-anak yang belum biasa sarapan pagi untuk sarapan pagi perlu memakai cara bertahap. Mula-mula diberikan sarapan pagi diberikan dalam takaran (porsi) sedikit hingga secara bertahap ditambah sesuai dengan anjuran.
Telat, terburu-buru, dan kesiangan hingga akhrinya melupakan sesuatu yang sangat penting sebelum melakukan aktivitas, Sarapan. Tahukah Anda begitu pentingnya sarapan pagi untuk kita. Terkadang orang suka menyepelehkan satu hal ini, terlebih jika sudah telat dan dikejar waktu, sarapan pagi sering sekali di abaikan.
Sarapan pagi adalah waktu makan yang mungkin sering terabaikan, entah karena buru-buru berangkat kerja atau sekolah, atau karena tidak sempat menyiapkan sarapan. Padahal manfaat sarapan pagi sangatlah banyak dan penting bagi tubuh kita. Begitu pentingnya sarapan pagi, maka tak heran orang tua selalu menganjurkan anaknya untuk sarapan. Hal ini bukan tanpa alasan, karena menurut beberapa studi dan penelitian, para ahli mengatakan bahwa manfaat sarapan pagi antara lain memberikan energi untuk memulai hari baru, pengendalian berat badan dan meningkatkan konsentrasi dan kinerja. 
Lebih lengkap berikut berbagai manfaat sarapan pagi bagi kesehatan tubuh. Sumber Energi Awal Setiap orang harus memulai hari mereka dengan cukup energi sebagai modal untuk melakukan aktivitas, dimana pagi hari adalah start awal. Energi yang kita butuhkan tentunya berasal dari makanan apalagi setelah berjam-jam tidak ada asupan sama sekali. Oleh karena itu sarapan pagi juga harus dengan menu sarapan sehat, seperti: Telur, ikan, ayam, nasi, roti, sereal atau oatmeal, dan buah-buahan. menu sarapan sehat contoh menu sarapan sehat Menekan Makan Berlebih Orang yang melewatkan sarapan pagi lebih cendrung cepat merasa lapar sehingga akan makan dengan porsi yang banyak ketika bertemu dengan makanan. 
Hal ini menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan berat badan cepat naik. Lain halnya ketika seseorang yang sudah sarapan di pagi hari, karena ia akan mendapatkan kesetabilan metabolisme dan cenderung untuk tidak mengkonsumsi banyak kalori selama sepanjang hari. Mengurangi Lemak Perut Jika seseorang sudah sarapan, maka besar kemungkinan ia tidak suka mengemil junk food secara berlebihan seperti permen dan soda sehingga mengurangi jumlah lemak perut dan mencegah kenaikan berat badan. Meningkatkan Kerja Otak Salah satu manfaat sarapan pagi yang tak kalah pentingnya yaitu dapat meningkatkan keterampilan kognitif otak, dari peningkatan memori untuk konsentrasi yang lebih tinggi bahkan meningkatkan kewaspadaan. Karena otak kita membutuhkan glukosa dari makanan – karbohidrat sangat baik – untuk bekerja dengan baik. Tidak sarapan pagi berarti energi otak akan berkurang, sehingga fungsinya dapat menurun.
 Oleh karena itu sarapan sangat penting bagi para pelajar dan pekerja. Tubuh yang Kuat Menu sarapan sehat dengan makanan tinggi protein, akan memberikan energi sepanjang hari. Seperti kendaraan yang baru diisi bahan bakar, baik energi untuk saat itu maupun sebagai cadangan. Hal ini membuat tubuh menjadi fit dan tak mudah lelah. Lebih lanjut mengenai makanan sumber protein silahkan baca: Sumber Protein Tinggi Nutrisi yang lebih baik Sarapan menyediakan asupan total nordisk yang baik untuk sepanjang hari, karena memberi kesempatan untuk mengkonsumsi makanan yang penuh nutrisi seperti protein, zat besi, vitamin dan serat yang sangat penting untuk membkktangun tubuh hang sehat dengan kebutuhan nutrisi yang selalu terpenuhi. Mencegah penyakit Maag Sarapan pagi bermanfaat mencegah sakit mag dan mencegah kambuhnya sakit mag bagi mereka yang memang sudah memiliki penyakit ini. Karena sarapan akan membuat lambung terisi makanan sehingga dapat menetralisir asam lambung. 
Apalagi setelah lama lambung tak terisi makanan. Sebaliknya bagi yang melewatkan sarapan pagi, maka lambung terlalu lama kosong sehingga dapat mengakibatkan rasa perih di lambung dan berpotensi menyebabkan sakit maag. Mencegah diabetes Studi menunjukkan bahwa orang yang sarapan memiliki 32% lebih kecil kemungkinan untuk terkena diabetes pada usia yang lebih tua dibandingkan dengan mereka yang tidak sarapan. Hal ini karena orang yang tidak sarapan pagi akan lebih resisten terhadap insulin. Resistensi insulin meningkatkan risiko terkena diabetes. Lebih lanjut silahkan baca: Cara Mencegah Diabetes Karena begitu banyak dan pentingnya manfaat sarapan pagi bagi kesehatan tubuh kita, maka jangan lewatkan sarapan sehat setiap hari.

3.      Menu Sarapan Sehat
Sarapan sehat untuk anak sebaiknya mengikuti pola gizi seimbang yakni terdiri dari sumber
karbohidrat (60-68%), protein (12-15%), lemak (15-25%), dan vitamin/mineral. Porsi sarapan sebaiknya tidak terlalu banyak karena akan mengganggu sistem pencernaan dan aktivitas anak.
Bagi anak-anak sekolah, sarapan merupakan sumber energi sebelum berangkat ke sekolah dan diperlukan untuk aktivitas dan belajar di sekolah. Menurut Saidin (1991) dengan sarapan, lambung akan terisi kembali setelah 8-10 jam kosong sehingga kadar gula dalam darah meningkat lagi. Keadaan ini ada hubungannya dengan kerja otak terutama konsentrasi belajar pada pagi hari.
Dampak melewatkan sarapan selain menurunkan konsentrasi belajar yang nantinya mengarah pada penurunan prestasi belajar anak, juga berdampak pada timbulnya tekanan darah rendah. Glukosa yang terdapat dalam makanan sarapan sangat berperan dalam mekanisme daya ingat (kognitif) memori seseorang, meskipun tidak memengaruhi tingkat kecerdasan.

4.      Penelitian tentang pentingnya sarapan pagi
 Hasil penelitian Simeon dan Mc-Gregor (1998) skor intellegence quotient (IQ)  lebih tinggi pada anak yang terbiasa sarapan dari pada yang tidak sarapan. Melewatkan waktu sarapan berarti terjadi keterlambatan asupan zat gizi (asupan gula ke dalam sel darah) sehingga dapat menurunkan daya konsentrasi anak sewaktu belajar yang timbul karena rasa malas, lemas, lesu, pusing, serta mengantuk yang nantinya dapat menimbulkan anemia pada anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan dan status anemia berpengaruh terhadap daya konsentrasi anak sehingga akan memengaruhi prestasi belajarnya (Jalal & Sumali 2000).
 Hasil penelitian Jumarni (2012) bahwa ter-58 J. Gizi Pangan, Volume 10, Nomor 1, Maret 2015 Sofianita dkk. dapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan kebiasaan sarapan dengan prestasi belajar.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa peniadaan atau konsumsi sarapan yang tidak memadai dapat menjadi faktor yang berpengaruh pada ketidakcukupan gizi karena kehilangan nutrisi yang ditimbulkannya jarang dapat dipenuhi oleh konsumsi makanan di waktu lain. Sarapan bahkan telah dianggap oleh berbagai kelompok masyarakat sebagai waktu makan paling penting dalam sehari. Kebanyakan orangtua maupun edukator cenderung menganggap sarapan sebagai prasyarat keberhasilan proses belajar selepas periode puasa yang cukup panjang pada malam sebelumnya.
Penelitian yang ada telah memberikan fakta bahwa sarapan memang memiliki dampak yang positif baik terhadap kewaspadaan, kemampuan kognitif, kualitas belajar maupun performa akademik. Sarapan juga memberikan dampak positif pada status nutrisi. Beberapa peneliti melaporkan bahwa pola sarapan yang tidak teratur berkaitan erat dengan
kejadian berat badan lebih, obesitas, serta pola perilaku yang tidak sehat. Meskipun banyak penelitian dalam kurun waktu lebih dari limapuluh tahun telah menunjukkan berbagai manfaat sarapan, namun studi observasional di banyak tempat menemukan adanya kecenderungan perilaku meniadakan sarapan di kalangan anak dan remaja.
Di negara-negara barat dilaporkan bahwa prevalensi anak dan remaja yang tidak sarapan cukup tinggi yaitu berkisar 10% -30% dan terutama ditemukan pada remaja perempuan dan anak dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah.
Prevalensi sarapan juga terlihat menurun di beberapa daerah lain seperti Mesir, India,
dan Srilangka, sedangkan di Indonesia sejauh yang penulis ketahui sampai saat ini belum banyak data atau laporan mengenai pola kebiasaan sarapan di kalangan anak dan remaja usia
sekolah.
Berdasarkan peringkat Human Development Index (HDI 2011), Indonesia berada pada urutan 124 dari 187 negara, dan masih berada jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapore (26), Brunei (33), Malaysia (61), Thailand (103) dan Filipina (112). Faktor-faktor yang menjadi penentu HDI yang dikembangkan oleh UNDP (United Nations Development Program) adalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut sangat berkaitan dengan status gizi masyarakat.
Anak-anak sekolah dasar merupakan salah satu kelompok yang rawan mengalami gizi kurang diantara penyebabnya ialah tingkat ekonomi yang rendah dan asupan makanan yang kurang seimbang serta rendahnya pengetahuan orang tua. Anak sekolah dengan pola makan seimbang cenderung memiliki status gizi yang baik [1].  Menurut RISKESDAS, penduduk yang mengkonsumsi makanan di bawah 70% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan tahun 2004 sebanyak 40,6%. Keadaan ini banyak dijumpai pada anak usia sekolah (41,2%), remaja (54,5%), dan ibu hamil (44,2%) [2]. 
Menurut Hardinsyah (1998), anak-anak sekolah dasar perlu mendapatkan perhatian karena berada pada masa pertumbuhan. Oleh karena itu mereka membutuhkan makanan yang bergizi untuk menunjang pertumbuhan dan aktivitas fisik setiap hari. Untuk memberikan zat gizi yang benar pada anak usia sekolah harus dilihat dari banyak aspek seperti ekonomi, sosial, budaya, dan agama disamping medik dari anak itu sendiri. Makanan pada anak usia sekolah harus selaras (sesuai kondisi, ekonomi sosial budaya, serta agama dari keluarga), serasi (sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak) dan seimbang (nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan makanan seperti karbohidrat, protein dan lemak). Menurut Muhilal (1998) porsi makan/sarapan hendaklah mencukupi 25% dari angka kebutuhan energi dan zat gizi lainnya dari angka kecukupan gizi sehari anak sekolah. Bila tidak sempat sarapan sebaiknya membekali diri dengan makanan atau snackyang bergizi lengkap dan seimbang, misalnya arem-arem atau roti isi daging (Judarwanto 2009).
Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan (Moehji, 2003).
Prestasi belajar bagi siswa sangat penting, sebab prestasi belajar akan menentukan
kemampuan siswa dan menentukan naik tidaknya siswa ketingkat kelas yang lebih tinggi.
            Sardiman (2002) menyatakan bahwa prestasi adalah keberhasilan usaha yang dapat
dicapai. Salah satu cara menilai kualitas seorang anak dengan melihat prestasi belajarnya di
sekolah. Hasil prestasi belajar bersifat dokumentatif yang dinyatakan dengan nilai raport atau
nilai ulangan harian. Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa ada dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi: 1) motivasi untuk belajar, dimana motivasi adalah fase pertama dalam proses belajar 2) nutrisi memegang sarana yang
paling penting untuk meningkatkan kemampuan belajar 3) keadaan psikologis anak, sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh suara, 2 pencahayaan, temperatur dan desain belajar (Hakim, 2002).
Meningkatkan taraf kesehatan seseorang maka, status gizi masyarakat diperlukan dalam upaya program perbaikan gizi, dimana dalam program ini adalah mewujudkan pola konsumsi makan yang baik dan benar (Depkes, 1995).
Makan pagi atau sarapan pagi mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan energi anak sekolah, karena dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran di sekolah, sehingga prestasi belajar menjadi baik. Pada umumnya sarapan menyumbangkan energi sebesar 25% dari kebutuhan gizi sehari (Azwar, 2002)
Sarapan pagi bermanfaat untuk konstrasi belajar, mekanisme sarapan pagi yaitu selama proses pencernaan, karbohidrat di dalam tubuh dipecah menjadi molekul-molekul gula sederhana yang lebih kecil, seperti fruktosa, galaktosa dan glukosa. Glukosa ini merupakan bahan bakar otak sehingga dapat membantu dalam mempertahankan konsentrasi,
meningkatkan kewaspadaan, dan memberi kekuatan untuk otak (Parreta, 2009).
Khapipah (2000) melaporkan bahwa sebagian besar siswa yang makan pagi dan jajan mempunyai status gizi normal (86,7%), sebagian siswa yang hanya makan pagi saja (84,2%) juga mempunyai status gizi normal, hal ini disebabkan karena sebagian siswa sudah mengetahui tentang pentingnya sarapan pagi dengan melakukan sarapan pagi maka status gizi siswa normal dan konsentrasi dalam menangkap pelajaran di sekolah menjadi mudah.
Makanan jajanan tidak bisa terpisahkan dari kehidupan anak sekolah dasar. Konsumsi dan
kebiasaan jajan pada anak sekolah sangat mempengaruhi kontribusi dan kecukupan energi dan zat gizi yang berujung pada status gizi anak. Penelitian Ulya (2003) didapatkan hasil bahwa kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi sehari berkisar antara 10%-20%, yaitu memberikan kontribusi sebesar 17,36% dan zat gizi makro seperti protein 12,4%, 15,1% karbohidrat, dan lemak 21,1% terhadap konsumsi sehari. Makanan jajanan pada pedagang kaki lima dapat menyumbang energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29%  dan zat besi 52%, sehingga dapat diketahui peran penting makanan jajanan pada pedagang kaki lima
untuk pertumbuhan dan prestasi belajar anak (Judarwanto, 2006)
Pola asupan makanan pada anak telah menjadi hal yang mendapat perhatian  khusus karena pola makan pada awal kehidupan cenderung akan menetap hingga masa dewasa.
Kebiasaan sarapan banyak mendapat perhatian pada masa anak (Soepardi Soedibyo dkk, Kebiasaan Sarapan di Kalangan Anak Usia Sekolah Dasar Sari Pediatri, Vol. 11, No. 1 Juni 2009 dan remaja.
Indonesian Journal of Human Nutrition, Desember 2014, Vol. 1 No.2 : 135 – 148                           
137 Data RISKESDAS menunjukkan bahwa masih terdapat anak usia sekolah dasar yang prevalensi status gizinya (IMT/U) dengan kategori kurus di atas prevalensi nasional (7,6%) salah satunya yang berada di wilayah provinsi Banten yaitu sekitar 9,5%. Menurut jenis kelamin, prevalensi kependekan pada anak laki-laki lebih tinggi yaitu 36,5% daripada anak perempuan yaitu 34,5% [2]. Menurut tempat tinggal, prevalensi anak kependekan di daerah perkotaan lebih rendah (29,3%) dibandingkan anak perdesaan (41,5%). Prevalensi kependekan pada anak berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan kepala rumah tangga. Prevalensi kependekan lebih tinggi pada anak dengan kepala rumah tangga yang yang tingkat pendidikan rendah  (SD dan tidak pernah sekolah) dibandingkan dengan yang berpendidikan minimal SLTP. Prevalensi kependekan terlihat semakin menurun dengan meningkatnya status ekonomi rumah tangga. Prevalensi tertinggi (45,6%) terlihat pada keadaan ekonomi rumah tangga pada kuintil terendah dan prevalensi terendah 21,7% pada keadaan ekonomi rumah tangga kuintil tertinggi [2].   Hasil penelitian ketahanan pangan Kota Tangerang menunjukkan bahwa dari tujuh indikator yang digunakan dalam analisis pencapaian SPM Standar Pelayanan Minimal bidang Ketahanan Pangan dan Gizi Kota Tangerang, ada empat indikator yang telah mencapai target tahun 2015, yaitu ketersediaan energi dan protein perkapita; ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah; pengawasan dan pembinaan keamanan pangan; dan penanganan kerawanan pangan.  
Penelitian yang dilakukan oleh Tereza, et al (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dalam kebiasaan sarapan. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa anak yang usianya lebih tinggi (1012) tahun memiliki kebiasaan sarapan kurang baik lebih tinggi dari pada ank usia rendah (7-9 tahun). Perilaku sarapan atau melewatkan sarapan bervariasi sesuai umur. Prevalensi umur yang sering melewatkan sarapan adalah usia remaja akhir dan dewasa muda. Alasan yang sering dijumpai adalah tentang gambaran diri. Namun anak-anak juga cenderung melewatkan sarapan dibanding
waktu makan lainnya (Nicklas, et al, 1998).
Jenis kelamin dalam epidemiologi juga mempengaruhi penyebaran suatu masalah
kesehatan, ada masalah kesehatan yang lebih banyak ditemukan pada kelompok laki-laki saja, atau kelompok perempuan saja. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kebiasaan sarapan pada anak usia sekolah. Hal ini sejalan dengan penelitian Senanayake & Parakramandasa (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada kebiasaan sarapan atau status nutrisinya wanita dengan pria dengan ratio (1:1.08).Data dalam penelitian ini perempuan yang memiliki kebiasaan sarapan kurang baik lebih rendah dari laki-laki.Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Berkey, et al, (2000) yang menyatakan bahwa perempuan mempunyai kemungkinan lebih tinggi untuk melewatkan sarapan dibanding laki-laki dikarenakan adanya tekanan sosial untuk menjadi kurus dan menurunkan berat badan serta gambaran tubuh yang negatif.
Karakteristik ekonomi dalam penelitian ini juga sangat penting untuk dipertimbangkan. `Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan kebiasaan sarapan anak usia sekolah. Hasil Riskesdas (2007) yang mengidentifikasi bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan dalam suatu keluarga maka semakin baik tingkat konsumsi makanan sehat.Hal ini juga didukung oleh penelitian Dubois.et al (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan faktor sosio-ekonomi dan demografi pada anak usia pra sekolah.Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rasni (2008) yang menyatakan bahwa tingkat pendapatan tidak selalu dapat menjamin kemampuan keluarga dalam menyediakan makanan sehat.
Pendidikan ibu merupakan faktor penting dalam pembentukan perilaku sehat anak. Dari hasil bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan
kebiasaan sarapan anak usia sekolah. Hasil analisis juga mendapatkan nilai OR sebesar 1,758
artinya keluarga dengan pendidikan ibu rendah akan memberi peluang 1,758 kali untuk membentuk kebiasaan sarapan anak kurang baik dibanding dengan anak yang pendidikan ibu
tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hong et al, 2006; Pongou et al,
2005; Kamal et al (2010) yang menyatakan bahwa rendahnya status nutrisi anak menggambarkan tidak seimbangnya asupan nutrisi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan dan sosioekonomi, seperti pendapatan keluarga yang rendah, tingkat pendidikan ibu, urutan anak dan lamanya masa menyusui. Kebiasaan makan yang dilakukan oleh keluarga akan membentuk pada anaknya. Dalam penelitian ini kebiasaan makan keluarga mempunyai hubungan yang signifikan dengan kebiasaan makan pada anak yaitu kebiasaan sarapan dengan nilai signifikasi 0,010. Hal ini menunjukkan adanya bahwa kebiasaan ma
kan dalam keluarga akan membentuk kebiasaan makan pada anak. Penelitian sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Degeling (2012) bahwa ada hubungan yang kuat antara waktu makan keluarga yang teratur dengan perkembangan psikososial yang positif bagi
anak.Ketersediaan makanan merupakan faktor penting dalam kebiasaan sarapan anak.
Hasil analisis bivariat dalam penelitian ini penyediaan makanan mempunyai hubungan yang
bermakna dengan kebiasaan sarapan pada anak usia sekolah dengan nilai p (p value) sebe
sar 0,000. Hal ini diperkuat dengan analisis lebih lanjut bahwa keluarga yang tidak melakukan penyediaan makanan dengan baik mempunyai peluang 13,333 kali untuk membentuk kebiasaan sarapan kurang baik pada anak usia sekolah dibandingkan dengan keluarga yang melakukan penyediaan makanan dengan baik (OR:13,33;95% CI: 4,552 –39,057). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nefitasari, Anggoradi dan Triyanti (2009) dimana ketersediaan makanan berhubungan dengan perilaku sarapan pada anak mempunyai hubungan yang bermakna. Model peran orang tua adalah kunci untuk pembentukan kebiasaan sehat bagi anak. Anak meniru perilaku orang di sekitar mereka (orang tua, saudara kandung) adalah model peran utama.Anak cenderung mengadopsi kebiasaan makan yang dilakukan orang tuanya. Dalam penelitian ini model peran orang tua mempunyai hubungan yang signifikan dengan kebiasaan sarapan pada anak usia sekolah. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sirikulchayanonta, Iedsee dan Shuaytong (2010) yang menyatakan bahwa model peran orang tua dalam mengkonsumsi makanan merupakan faktor utama dalam menentukan pola konsumsi anak terhadap makanan tersebut dimasa mendatang.
Seseorang dalam melakukan kegiatan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
Eksternal. Motivasi internal seseorang muncul dari hasil pengalaman seseorang. Hasil bivariat menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pemberian motivasi dengan kebiasaan sarapan pada anak usia sekolah dengan p value < α. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cotento et al, 1993 (dalam Brown dan Ogden, 2004 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara motivasi makan yang sehat pada ibu dengan kualitas makan anak. Hasil ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Brown dan Ogden (2004) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara orang tua dan anak untuk motivasi internal dan bukan motivasi eksternal, menunjukkan bahwa anak lebih menyukai motivasi makan ketika mereka kesal atau marah terhadap orang tua mereka. Perasaan cinta orang tua terhadap anak dalam pembentukan kebiasaan makan dapat di wujudkan dengan menyediakan waktu untuk mendampingi anak pada saat makan.Pendampingan pada saat sarapan merupakan wujud nyata dari sikap cinta orang tua terhadap anaknya. Hasil analisa bivariat menunjukkan hasil bahwa perasaan cinta orang tua dan kebiasaan sarapan pada anak usia sekolah tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan uji chi square menunjukkan
Pvalue lebih besar dari 0.005 yaitu 1,000. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Babicz dan Zielinska (2006) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi orang untuk mengkonsumsi makanan adalah faktor psikologi didalamnya
termasuk motivasi, sikap dan perasaan saling mengasihi. Hasil analisis juga menunjukkan nilai OR sebesar 1,050, artinya orang tua yang memberikan kasih sayang kepada anak dengan baik akan memberikan peluang 1,05 kali menyebabkan kebiasaan sarapan yang baik pada anak dibandingkan orang tua yang tidak memberikan kasih sayang. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Degeling (2012) mengungkapkan bahwa kebiasaan makan bersama dengan keluarga secara teratur berhubungan dengan perkembangan psikologis yang postif bagi anak. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa kebiasaan makan bersama keluarga secara rutin dapat meningkatkan ikatan keluarga dan ketrampilan koping pada remaja, dimana ikatan yang kuat dan ketrampilan koping sangat penting untuk perkembangan anak. Model peran merupakan varaibel yang paling dominan dalam penelitian ini dengan nilai OR=16.092. Artinya keluarga yang tidak melakukan model peran dengan baik beresiko 16,092 kali lebih tinggi memiliki anak dengan kebiasaan sarapan kurang baik dibandingkan keluarga yang melakukan model peran. Hal ini sejalan dengan teori Friedman, Bowden dan Jones (2003) yang menyatakan bahwa keluarga adalah unit dasar dalam masyarakat yang memberikan pengaruh terbesar terhadap anggota dan merupakan penentu keberhasilan dan kegagalan dari anggota yang ada didalam
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, kelak mereka akan menjadi kader penerus pembangunan di Indonesia. Pemerintah harus berupaya untuk meningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini, baik dari segi kesehatan maupun kecerdasan secara sistematis.

JURNAL GIZI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
APRIL 2014, VOLUME 3, NOMOR 1
Tumbuh kembang anak usia sekolah serta prestasi belajar memerlukan asupan zat giziyang memadai, baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Hidayat, 1995 : 597). Anak sekolah sangat membutuhkan asupan zat gizi. Sarapan sangat penting bagi anak sekolah. Anak yang terbiasa sarapan pagi akan mempunyai kemampuan yang lebih baik dibanding anak yang tidak terbiasa sarapan pagi. Sarapan pagi akan memacu pertumbuhan dan memaksimalkan kemampuan anak di sekolah (Elizabeth,2003).
Banyak anak yang tidak melakukan sarapan pagi, mereka lebih memilih mengkonsumsi
Makanan jajanan di luar rumah atau di sekolah yang kualitas gizinya tidak terjamin. Makanan
jajanan diluar seringkali tidak memperhatikan mutu gizi, kebersihan, dan keamanan pangan.
Tidak sedikit masalah yang timbul akibat orang tua kurang kepeduli terhadap makanan yang
dikonsumsi anak di sekolah. Makanan yang tidak aman dan tidak bergizi menimbulkan penyakit, seperti diare bahkan kanker dan dapat mengakibatkan tidak tercapainya angka kecukupan gizi.Makanan jajanan yang baik memenuhi beberapa aspek penting seper
ti cita rasa, bersih, bergizi, aman, dan menarik. Diperlukan bimbingan dan arahan pada siswa dalam pemilihan makanan jajanan yang sehat, bergizi, dan aman. Orang tua sebaiknya menyiapkan dan membiasakan anak sarapan sebelum berangkat sekolah, atau menyiapk
an bekal sekolah berupa makanan jajanan sehat, bergizi, dan aman.
Anak usia sekolah merupakan kelompok at riskdengan berbagai permasalahan seperti
masalah belajar, masalah kesehatan, pola makan, hbungan dengan orang tua dan teman sebaya, sehingga perlu dikaji lebih mendalam dan mendapat perhatian penuh dari or
ang tua (Stanhope &Lancaster, 2004)
Anak usia sekolah (7-12 tahun) dikarakteristikan dengan perubahan secara cepat dan merupakan fase yang krusial pada perkembangan secara biologis seperti peningkatan kematangan, berat badan, lemak tubuh, penampilan ciri-ciri seksual sekunder dan dimulainya
masa pubertas pada laki-laki dan perempuan.
Masalah gizi yang terjadi pada anak usia sekolah dapat menyebabkan beberapa masalah kesehatan. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2010) , secara nasional. prevalensi anak pendek (kerdil) masih diatas 3%. Prevalensi anak pendek mencerminkan adanya riwayat kurang gizi. Prevalensi kekurusan kelompok umur 6-
14 tahun di propinsi Jawa Tengah sebanyak 13,4% pada laki-laki, dan 11,3% pada anak perempuan. Di kabupaten Tegal, prevalensi kekurusan pada anak laki-laki sebesar 16,4% dan 12,2% pada anak perempuan (Riskesdas, 2008). Masalah-masalah tesebut dapat dicegah dengan memenuhi kebutuhan gizi anak. Upaya pemenuhan gizi pada anak antara lain dilakukan dengan sarapan.

Fungsi sarapan
  • Memberikan nutrisi pada otak, sehingga anak yang sarapan berprestasi lebih baik disekolah dari pada anak yang tidak sarapan
  • Mengendalikan berat badan
Persiapan dalam menerima pendidikan ada beberapa macam, salah satunya adalah waktu. Ketidaksiapan masyarakat dalam memulai waktu pembelajaran. Yaitu ketika siswa dituntut untuk memulai waktu belajar dengan batas waktu yang padat, maka siswa akan melupakan hal-hal yang kecil, contohnya saja sarapan. Padahal dari hal kecil ini kita bisa mengalami efek yang cukup besar terhadap konsentrasi siswa dalam belajar. Sarapan sangat penting bagi seseorang terutama bagi anak-anak dan remaja karena bukan hanya memberi energi untuk memulai hari yang baru, tetapi juga mempunyai fungsi di bidang lain, termasuk mengontrol berat badan dan performance kognitif (Zelman, M, 2007).
Fungsi dan Manfaat Sarapan Fungsi sarapan bagi tubuh layaknya fungsi makanan bagi tubuh manusia yakni sebagai pemasok energy dan sumber tenaga untuk melakukan aktivitas, pertumbuhan, dan pemeliharaan jaringan tubuh, serta mengatur proses tubuh.
Menurut ahli gizi dari akademi gizi Bogor, Tuti Soenardi, sarapan pagi berfungsi untuk menghsilkan energy. 3 Menurut Khomsan (2004), sarapan pagi dapat memberikan manfaat bagi tubuh yaitu : Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Kadar gula darah yang terjamin normal menyebabkan gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas. Sarapan pagi dapat memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan oleh tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh. Sedangkan manfaat sarapan di antaranya adalah untuk memelihara ketahanan tubuh, agar dapat bekerja atau belajar dengan baik, membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan materi pelajaran, serta membantu mencukupi zat gizi. 1 B. Konsentrasi Belajar Kosentrasi belajar berasal dari kata konsentrasi dan belajar. Hornby dan Siswoyo (1993:69) mendefinisikan konsentrasi (concentration) adalah pemusatan atau pengerahan (perhatiannya ke pekerjaannya atau aktivitasnya). Hamalik (1995:36) mendefinisikan belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Sejalan dengan perumusan itu, berarti pula belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Leane mengingatkan pentingnya sarapan sebagai makanan pertama yang masuk ke dalam perut setelah sepanjang malam tidur. Makanan inilah yang kemudian diandalkan sebagai cadangan energi untuk kelangsungan aktivitas anak di rumah atau di sekolah. Sarapan memasok kebutuhan energi cukup besar ke dalam tubuh, sekitar 35 persen. Kalau pola makannya empat kali sehari, maka sarapan memasok 25% kebutuhan energy. (Leane, dalam Tabloid Nova : 2011) Sarapan juga berperan melindungi tubuh terhadap dampak negatif kondisi perut kosong selama berjam-jam. Karena kadar gula darah hanya mampu bertahan hingga 2 jam. Setelah itu, yang bersangkutan mesti mengisi perutnya kembali agar tubuhnya bisa beraktivitas secara optimal. Jika tidak, maka pasokan energi glukosa bagi otak bisa terganggu. Kalau kebiasaan buruk tidak sarapan dipertahankan, bukan tidak mungkin anak akan menunjukkan gejala hipoglikemia (rendahnya kadar gula darah). Gejalanya antara lain rendahnya kemampuan berkonsentrasi, cepat lelah, dan mudah mengantuk. Akibatnya, kemampuan anak menangkap pelajaran pun jadi rendah. Akibat lemas, anak jadi cenderung lamban dan tidak kreatif dalam berpikir.
Yang juga memprihatinkan, anak dengan kadar gula darah di bawah normal amat berpeluang mengalami pingsan. Khususnya ketika anak aktif bermain dan bergerak ke sana kemari, berdiri lama saat mengikuti upacara, atau terkena terik sinar matahari. Kadar gula darah yang rendah bisa membuat kesadaran anak menurun drastis hingga akhirnya jatuh pingsan.
 Membiasakan Sarapan Sehat dan Bergizi Sebelum Berangkat ke Sekolah Agar anak tidak mudah bosan dengan menu yang seperti itu saja, hendaknya orang tua rajin berkreasi membuat variasi hidangan. Keuntungan lain, anak jadi terbiasa dengan aneka menu dan ragam bahan makanan yang berbeda. Jangan lupa takaran porsi, tatanan penyajian, maupun variasi warna dan cita rasa hendaknya disajikan sesuai dengan selera dan kondisi anak. Berikut beberapa contoh sederhana menu sarapan yang direkomendasikan kecukupan gizinya oleh Leane : * Sepiring nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi/ikan/ayam, ditambah irisan sawi, kemudian disajikan bersama secangkir teh manis atau susu. * Semangkuk bubur ayam, lengkap dengan telur rebus, ayam suwir, ati ampela goreng, cakue, dan teh manis. * Roti dua potong, dioles margarin ditambah taburan cokelat atau disisipi sosis/burger. Sajikan bersama jus buah. * Semangkuk bubur kacang hijau ditambah dengan segelas susu.

DAFTAR RUJUKAN
KBBI (2002:999), Dinkes Kesehatan DKI Jakarta, 2011. Siagian, 2011. Elizabeth, 2003. Khomsan, 2002. Khomsan, 2010. Moehji, 2009. Almatsier, S. 2010. Yusnalaini, 2004. Soekirman, 2000. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Fahmi, Rizka. 2013. Pengaruh Asupan Gizi Terhadap Tingkat Prestasi Siswa. Makalah disajikan untuk memenuhi tugas individu, (http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Sarapan-Bergizi-TingkatkanKonsentrasi2, diakses tanggal 19 Oktober 2013) Imam, Saiful. 2011. Sarapan Bergizi Tingkatkan Konsentrasi. Tabloid Nova Kesehatan, (http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Sarapan-Bergizi-TingkatkanKonsentrasi2, diakses 19 Oktober 2013) Khomsan, A. 2004. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Priyanto, Hendy. 2011. Manfaat Sarapan Pagi Bagi Pelajar, (http://bimbelstudygamma.blogspot.com/2011/11/manfaat-sarapan-pagi-bagipelajar.html, diakses 8 November 2013)