ARTIKEL
PENTINGNYA PEMBERIAN SARAPAN PAGI PADA ANAK USIA SEKOLAH (7-12 TH)
1. Pengertian sarapan pagi
Pengertian Sarapan Kata sarapan dalam KBBI (2002 :
999) berasal dari kata sarap yang diberi akhiran –an, kata sarap atau menyarap
adalah kata kerja yang berarti makan sesuatu pada pagi hari. Dalam bahasa
Inggris disebut “Break Fast”.1 Kemudian setelah diberi akhiran –an menjadi kata
benda, memiliki arti makanan pada pagi hari.2 Menurut definisi yang telah
dikemukakan di atas, sarapan merupakan makanan yang dikonsumsi di pagi hari. Bila
dilihat dari kebiasaan masyarakat mengatakan kalimat tersebut, sarapan dapat
memiliki 2 definisi yaitu kata benda yakni makanan yang dikonsumsi dan kata
kerja yaitu kegiatan mengkonsumsi atau memakan makanan di pagi hari. Contoh
kalimat yang biasa diungkapkan masyarakat adalah “sarapan terlebih dahulu
sebelum beraktivitas”. Jadi sarapan dapat diartikan sebagai memakan makanan di
pagi hari sebelum beraktivitas atau melakukan kegiatan.
Sarapan pagi adalah makanan yang dimakan pada pagi
hari sebelum beraktifitas, yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau
makanan kudapan jumlah makanan yang dimakan kurang dari 1/3 dari makanan sehari
(dinkes kesehatan DKI jakarta, 2011 )
Sarapan pagi adalah makanan yang di konsumsi yang
mengandung seluruh gizi lengkap yang diperlukan tubuh menjadi pemasok kebutuhan
kalori tubuh sedikitnya 30 % (selama 4-6 jam) dari total kebutuhan energi
setiap hari (siagian, 2011).
Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap
pada pagi hari, waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul
10.00 pagi. Sarapan dianjurkan menyantap makanan yang ringan bagi kerja
perncernaan, sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang memiliki kadar
serat tinggi dengan protein yang cukup namun dengan kadar lemak rendah. Selain
itu, mengonsumsi protein dan kadar serat yang tinggi juga dapat membuat
seseorang tetap merasa kenyang hingga waktu makan siang (Jetvig, 2010).
Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan pada pagi
hari. Sarapan
pagi
mempunyai peranan penting bagi anak. Anak yang terbiasa sarapan pagi akan
mempunyai kemampuan yang lebih baik dari pada anak yang tidak terbiasa sarapan
pagi. Sarapan pagi bagi anak akan memacu pertumbuhan dan memaksimalkan
kemampuan di sekolah (Elizabeth, 2003).
Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting
sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima
sempurna. Ini berarti kita benar-benar telah mempersiapkan diri untuk
menghadapi segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap (Khomsan, 2002).
Sarapan pagi yang baik harus banyak mengandung
karbohidrat karena akan glukosa dan mikro nutrient dalam otak yang dapat
menghasilkan energi, selain itu dapat berlangsung memacu otak agar membantu
memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran. Manusia
membutuhkan sarapan pagi karena dalam sarapan pagi diharapkan terjadinya
ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan aktivitas.
Akibat tidak sarapan pagi akan menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang
cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena pada malam
hari di tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan tenaga untuk
menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh lainnya. Seseorang yang
tidak sarapan pagi, pastilah tubuh tidak berada dalam keadaan yang cocok untuk
melakukan pekerjaan dengan baik. Hal ini dikarenakan tubuh akan berusaha
menaikkan kadar gula darah dengan
mengambil
cadangan glikogen, dan jika ini habis, maka cadangan lemaklah yang diambil (Moehji,
2009).
Suka atau tidak suka, ternyata sarapan memberikan
banyak efek positif bagi aktifitas yang akan dijalani. Menurut info yang saya
baca, hanya meminum teh dan ditambah beberapa potong kue atau biskuit bukan
merupakan sarapan. Dianjurkan agar makan secukupnya sebelum memulai aktivitas.
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup,
menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari
karbohidrat, lemak dan protein 3yang ada di dalam bahan makanan (Almatsier, 2004).
Tubuh membutuhkan asupan makanan agar dapat melakukan
aktivitas dengan baik. Pada pagi hari, tubuh membutuhkan asupan energi yang
banyak karena pada pagi hari seseorang melakukan banyak aktivitas. Oleh karena
itu, setiap orang sangat disarankan untuk sarapan pagi agar dapat melakukan
aktivitas tanpa merasa kelelahan.
Sarapan pagi menjadi sangat penting, karena kadar gula
dalam darah akan menurun sekitar dua jam setelah seseorang bangun tidur. Jika
anak tidak sarapan,dia biasanya akan merasa lemas atau lesu sebelum tengah hari
karena gula darah dalam tubuh sudah menurun (Yusnalaini, 2004 ).
Mengapa Sarapan Pagi Itu Penting?
setelah
hampir delapan sampai sepuluh jam saluran pencernaan beristirahat selama anak
tidur, tubuh membutuhkan asupan makanan untuk menyokong energi untuk
beraktivitas dan konsentrasi belajar. Sarapan pagi sangat penting diberikan
kepada anak di usia sekolah, maka dari itu orangtua harus selalu memberikan dan
juga membiasakan anak untuk sarapan
setiap pagi.
Karena dengan sarapan pagi banyak manfaat yang bisa kita peroleh dan dapat
melatih anak untuk disiplin. Sarapan mungkin terdengar sepele, namun sangat
vital
bagi tubuh
kita, apalagi bila dituntut untuk beraktivitas seharian. Seringkali kita
mengabaikan sarapan dengan alasan kurangnya waktu, atau bosan dengan menu
sarapan yang itu-itu saja. Padahal, sarapan bukan sekedar pengganjal perut,
tapi juga memberikan energi agar kita
bisa
beraktivitas dengan baik, otak bekerja lebih optimal, dan tidak cepat mengantuk.
Sarapan juga
dapat mengembalikan fungsi metabolisme tubuh, dan membiasakan sarapan pada anak
setiap pagi ternyata membantu anak-anak fokus mengerjakan tugas-tugas di
sekolah.
Seorang ilmuwan mengatakan sarapan pagi merupakan
makanan khusus untuk otak, hal ini didukung dari sebuah penelitian yang
menunjukkan bahwa sarapan berhubungan erat dengan kecerdasan mental, dalam
artian, sarapan memberikan nilai positif terhadap aktivitas otak, otak menjadi
lebih cerdas, peka dan lebih mudah untuk berkonsentrasi. Hal ini secara tidak
langsung akan mendatangkan pengaruh positif terhadap anak sekolah dalam
beraktivitas di sekolah.
2. Manfaat sarapan pagi
Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi
orang dewasa, sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan
daya tahan tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak
sekolah, sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan
penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik (Khomsan, 2010).
Ulasan manfaat
sarapan di pagi hari :
Ø Sarapan
dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan
Menunda sarapan membuat Anda sulit memperoleh asupan
nutrisi dan vitamin yang direkomendasikan. Menu sarapan seperti sereal
dengan susu atau yogurt rendah lemak plus granula akan memberi cukup kalsium
dan serat.
Ø Sarapan bisa
menurunkan berat badan
Ketika Anda beraktivitas dengan perut kosong, tubuh
akan membakar kalori secara lambat. Menurut ahli nutrisi penulis buku The
F-Factor Diet Tanya Zuckerbrot, R.D., sarapan pagi setelah perut kosong
semalaman dapat meningkatkan metabolisme, yang artinya pembakaran kalori
sepanjang hari menjadi lebih efisien. Namun Zuckerbrot menekankan bahwa kunci
dari semuanya adalah jenis makanan yang Anda konsumsi. Makanan dengan kandungan
karbohidrat sederhana seperti donat akan membuat glukosa melonjak, kemudian
turun drastis. Ini juga menyebabkan Anda merasa lapar pada jam 11-an. Cara yang
lebih baik adalah dengan mengkonsumsi jenis berkarbohidrat kompleks seperti oatmeal
atau roti gandum murni. Makanan dengan kadar serat tinggi dan rendah gula akan
dicerna dengan lambat, sehingga menyediakan energi yang konstan dan membuat
Anda tidak cepat lapar.
Ø Sarapan
tingkatkan kemampuan otak
Riset para ahli dari Universitas Swansea Wales
membuktikan bahwa pelajar yang selalu sarapan mencatat rata-rata skor 22 persen
lebih tinggi ketimbang rekannya yang tidak sarapan. Ketika Anda bangun pagi
sebagian besar energi dalam bentuk glukosa dan glikogen telah habis
terkuras oleh aktivitas sehari sebelumnya. Menurut para ahli, glukosa adalah
satu-satunya bahan bakar yang dibutuhkan otak. Tanpa glukosa yang cukup, Anda
merasa lelah dan berkunang-kunang.
Ø Perlindungan
terhadap sakit jantung
Riset menunjukkan, wanita sehat yang melewatkan
sarapan selama dua pekan memiliki kadar kolesterol buruk LDL (Low density
lipoprotein) lebih tinggi ketimbang mereka yang menyantap semangkuk sereal
dengan susu di pagi hari. Zuckerbrot menjelaskan, serat dapat mengikat
kolesterol dan mempercepat eksresi sebelum mencapai pembuluh arteri. Oleh sebab
itu, penelitian 10 tahun yang dilakukan Harvard Nurses Health menyimpulkan
bahwa asupan serat tinggi berkaitan dengan penurunan risiko penyakit jantung
hingga mencapai 50 persen.
Menurut Khomsan (2010) ada 2 manfaat yang diperoleh
kalau seseorang melakukan sarapan pagi, antara lain :
1.Sarapzan
pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk
meningkatkan
kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan
konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan
produktifitas.
2.Pada
dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan
beberapa zat
gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral.
Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam
tubuh.
Beberapa manfaat sarapan bagi anak usia sekolah adalah
meningkatkan kemampuan
otak.
Schroll (2006) mengemukakan bahwa terdapat efek sarapan dengan retensi memori
siswa di tingkat perguruan tinggi. Sarapan juga bermanfaat untuk meningkatkan
daya tahan tubuh. Hasil penelitian epidemiologis dan klinis menyebutan bahwa
kekurangan gizi menghambat respon imunitas dan meningkatkan resiko penyakit
infeksi (Siagian,2006). Selain itu sarapan juga bermanfat untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak.sarapan berkontribusi terhadap keadekuatan nutrisi dan
meningkatkan gambaran diet, sebagai elemen penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal (Rampersaud (2009).
Upaya keluarga dalam membentuk kebiasaan sarapan anak
merupakan bentuk dari
dukungan
keluarga.Shumaker & Brownell, (1984 dalam Peterson & Brewdow, 2004)
mengemukakan
bahwa dukungan keluarga merupakan bagian dari dukungan sosial, dimana
terjadi
pertukaran sumber-sumber antara penyedia layanan kesehatan dan keluarga sebagai
penerima
layanan untuk meningkatkan kesejahteraan.Kahn, (1979 dalam Peterson & Brewdow,
2004) mengungkapakan defiinisi dukungan sosial sebagai hubungan interpersonal
yang mempunyai komponen tersedianya bantuan yang nyata), pemberian dukungan
atau motivasi dan perasaan memiliki dan mencintai.
Upaya pemenuhan kebutuhan gizi pada anak usia sekolah
adalah dengan memenuhi
ketiga
komponen dukungan sosial tersebut, sebagai upaya untuk membentuk kebiasaan
sarapan pada anak. Selain ketiga upaya tersebut, orang tua perlu memberikan
dukungan
berupa model
peran bagi anak-anaknya.hingga orang yang melihat akan mengikuti perilaku
tersebut (Kroller & Warschburger, 2009).
Keluarga dan teman sebaya dapat merupakan model yang
kuat bagi anak dan remaja.Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak
dalam mendapatkan pendidikan, termasuk pendidikan tentang kebiasaan makan yang
sehat.
Sarapan pagi termasuk dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang
dalam pesan kedelapan. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan memenuhi
kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan
produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan memudahkan
konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan
(Soekirman, 2000).
Tubuh membutuhkan asupan makanan agar dapat melakukan
aktivitas dengan baik. Pada pagi hari, tubuh membutuhkan asupan energi yang
banyak karena pada pagi hari seseorang melakukan banyak aktivitas. Oleh karena
itu, setiap orang sangat disarankan untuk sarapan pagi agar dapat melakukan
aktivitas tanpa merasa kelelahan.
Manfaat Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang.
Bagi orang dewasa, sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan
daya tahan tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak
sekolah, sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan
penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik (Khomsan, 2010).
Sarapan pagi termasuk dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang
dalam pesan kedelapan. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan
memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh dan meningkatkan
produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan memudahkan
konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan
(Soekirman, 2000).
Kerugian Tidak Sarapan Pagi Seseorang tidak sarapan
pagi berarti
perutnya
dalam keadaan kosong sejak makan malam sebelumnya sampai makan siang nantinya.
Bila anak sekolah yang tidak sarapan pagi maka kadar gulanya akan menurun. Jika
kondisi ini terjadi, maka tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan
mengambil cadangan
glikogen.
Dalam keadaan seperti ini, tubuh pasti tidak berada dalam kondisi yang baik
untuk melakukan pekerjaan yang baik.
Selain itu, bila tidak sarapan pagi dapat menyebabkan
konsentrasi belajar berkurang, kecepatan bereaksi menurun tajam, sehingga
kemampuan memecahkan suatu masalah juga menjadi sangat menurun. Dengan demikian
prestasi belajar juga ikut menurun.
Kebiasaan tidak sarapan pagi yang berlama-lama juga
akan mengakibatkan pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang sehingga
pertumbuhan anak menjadi terganggu. Dengan demikian seorang anak yang biasa
tidak sarapan pagi dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk pada penampilan
intelektualnya, prestasi di sekolah menurun dan penampilan sosial menjadi
terganggu (Khomsan, 2010).
Kebiasaan Makan Anak Sekolah Kebiasaan makan adalah
tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan
makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Membiasakan
anak-anak yang belum biasa sarapan pagi untuk sarapan pagi perlu memakai cara
bertahap. Mula-mula diberikan sarapan pagi diberikan dalam takaran
(porsi) sedikit hingga secara bertahap ditambah sesuai dengan anjuran.
Telat, terburu-buru, dan kesiangan
hingga akhrinya melupakan sesuatu yang sangat penting sebelum melakukan aktivitas,
Sarapan. Tahukah Anda begitu pentingnya sarapan pagi untuk kita. Terkadang
orang suka menyepelehkan satu hal ini, terlebih jika sudah telat dan dikejar
waktu, sarapan pagi sering sekali di abaikan.
Sarapan pagi adalah waktu makan yang mungkin sering terabaikan,
entah karena buru-buru berangkat kerja atau sekolah, atau karena tidak sempat
menyiapkan sarapan. Padahal manfaat sarapan pagi sangatlah banyak dan penting
bagi tubuh kita. Begitu pentingnya sarapan pagi, maka tak heran orang tua
selalu menganjurkan anaknya untuk sarapan. Hal ini bukan tanpa alasan, karena
menurut beberapa studi dan penelitian, para ahli mengatakan bahwa manfaat
sarapan pagi antara lain memberikan energi untuk memulai hari baru,
pengendalian berat badan dan meningkatkan konsentrasi dan kinerja.
Lebih
lengkap berikut berbagai manfaat sarapan pagi bagi kesehatan tubuh. Sumber
Energi Awal Setiap orang harus memulai hari mereka dengan cukup energi sebagai
modal untuk melakukan aktivitas, dimana pagi hari adalah start awal. Energi yang
kita butuhkan tentunya berasal dari makanan apalagi setelah berjam-jam tidak
ada asupan sama sekali. Oleh karena itu sarapan pagi juga harus dengan menu
sarapan sehat, seperti: Telur, ikan, ayam, nasi, roti, sereal atau oatmeal, dan
buah-buahan. menu sarapan sehat contoh menu sarapan sehat Menekan Makan
Berlebih Orang yang melewatkan sarapan pagi lebih cendrung cepat merasa lapar
sehingga akan makan dengan porsi yang banyak ketika bertemu dengan makanan.
Hal
ini menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan berat badan cepat naik. Lain
halnya ketika seseorang yang sudah sarapan di pagi hari, karena ia akan
mendapatkan kesetabilan metabolisme dan cenderung untuk tidak mengkonsumsi
banyak kalori selama sepanjang hari. Mengurangi Lemak Perut Jika seseorang sudah
sarapan, maka besar kemungkinan ia tidak suka mengemil junk food secara
berlebihan seperti permen dan soda sehingga mengurangi jumlah lemak perut dan
mencegah kenaikan berat badan. Meningkatkan Kerja Otak Salah satu manfaat
sarapan pagi yang tak kalah pentingnya yaitu dapat meningkatkan keterampilan
kognitif otak, dari peningkatan memori untuk konsentrasi yang lebih tinggi
bahkan meningkatkan kewaspadaan. Karena otak kita membutuhkan glukosa dari
makanan – karbohidrat sangat baik – untuk bekerja dengan baik. Tidak sarapan
pagi berarti energi otak akan berkurang, sehingga fungsinya dapat menurun.
Oleh
karena itu sarapan sangat penting bagi para pelajar dan pekerja. Tubuh yang
Kuat Menu sarapan sehat dengan makanan tinggi protein, akan memberikan energi sepanjang
hari. Seperti kendaraan yang baru diisi bahan bakar, baik energi untuk saat itu
maupun sebagai cadangan. Hal ini membuat tubuh menjadi fit dan tak mudah lelah.
Lebih lanjut mengenai makanan sumber protein silahkan baca: Sumber Protein
Tinggi Nutrisi yang lebih baik Sarapan menyediakan asupan total nordisk yang
baik untuk sepanjang hari, karena memberi kesempatan untuk mengkonsumsi makanan
yang penuh nutrisi seperti protein, zat besi, vitamin dan serat yang sangat
penting untuk membkktangun tubuh hang sehat dengan kebutuhan nutrisi yang
selalu terpenuhi. Mencegah penyakit Maag Sarapan pagi bermanfaat mencegah sakit
mag dan mencegah kambuhnya sakit mag bagi mereka yang memang sudah memiliki
penyakit ini. Karena sarapan akan membuat lambung terisi makanan sehingga dapat
menetralisir asam lambung.
Apalagi setelah lama lambung tak terisi makanan.
Sebaliknya bagi yang melewatkan sarapan pagi, maka lambung terlalu lama kosong
sehingga dapat mengakibatkan rasa perih di lambung dan berpotensi menyebabkan
sakit maag. Mencegah diabetes Studi menunjukkan bahwa orang yang sarapan
memiliki 32% lebih kecil kemungkinan untuk terkena diabetes pada usia yang
lebih tua dibandingkan dengan mereka yang tidak sarapan. Hal ini karena orang
yang tidak sarapan pagi akan lebih resisten terhadap insulin. Resistensi
insulin meningkatkan risiko terkena diabetes. Lebih lanjut silahkan baca: Cara
Mencegah Diabetes Karena begitu banyak dan pentingnya manfaat sarapan pagi bagi
kesehatan tubuh kita, maka jangan lewatkan sarapan sehat setiap hari.
3. Menu Sarapan Sehat
Sarapan
sehat untuk anak sebaiknya mengikuti pola gizi seimbang yakni terdiri dari
sumber
karbohidrat
(60-68%), protein (12-15%), lemak (15-25%), dan vitamin/mineral. Porsi sarapan
sebaiknya tidak terlalu banyak karena akan mengganggu sistem pencernaan dan
aktivitas anak.
Bagi anak-anak sekolah, sarapan merupakan sumber
energi sebelum berangkat ke sekolah dan diperlukan untuk aktivitas dan belajar
di sekolah. Menurut Saidin (1991) dengan sarapan, lambung akan terisi kembali
setelah 8-10 jam kosong sehingga kadar gula dalam darah meningkat lagi. Keadaan
ini ada hubungannya dengan kerja otak terutama konsentrasi belajar pada pagi
hari.
Dampak melewatkan sarapan selain menurunkan konsentrasi
belajar yang nantinya mengarah pada penurunan prestasi belajar anak, juga
berdampak pada timbulnya tekanan darah rendah. Glukosa yang terdapat dalam
makanan sarapan sangat berperan dalam mekanisme daya ingat (kognitif) memori
seseorang, meskipun tidak memengaruhi tingkat kecerdasan.
4. Penelitian tentang pentingnya sarapan pagi
Hasil
penelitian Simeon dan Mc-Gregor (1998) skor intellegence quotient (IQ) lebih tinggi pada anak yang terbiasa sarapan
dari pada yang tidak sarapan. Melewatkan waktu sarapan berarti terjadi
keterlambatan asupan zat gizi (asupan gula ke dalam sel darah) sehingga dapat
menurunkan daya konsentrasi anak sewaktu belajar yang timbul karena rasa malas,
lemas, lesu, pusing, serta mengantuk yang nantinya dapat menimbulkan anemia
pada anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan dan status
anemia berpengaruh terhadap daya konsentrasi anak sehingga akan memengaruhi
prestasi belajarnya (Jalal & Sumali 2000).
Hasil penelitian
Jumarni (2012) bahwa ter-58 J. Gizi Pangan, Volume 10, Nomor 1, Maret 2015 Sofianita
dkk. dapat hubungan yang bermakna antara status gizi dan kebiasaan sarapan
dengan prestasi belajar.
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa peniadaan
atau konsumsi sarapan yang tidak memadai dapat menjadi faktor yang berpengaruh
pada ketidakcukupan gizi karena kehilangan nutrisi yang ditimbulkannya jarang
dapat dipenuhi oleh konsumsi makanan di waktu lain. Sarapan bahkan telah
dianggap oleh berbagai kelompok masyarakat sebagai waktu makan paling penting
dalam sehari. Kebanyakan orangtua maupun edukator cenderung menganggap sarapan
sebagai prasyarat keberhasilan proses belajar selepas periode puasa yang cukup
panjang pada malam sebelumnya.
Penelitian yang ada telah memberikan fakta bahwa
sarapan memang memiliki dampak yang positif baik terhadap kewaspadaan,
kemampuan kognitif, kualitas belajar maupun performa akademik. Sarapan juga
memberikan dampak positif pada status nutrisi. Beberapa peneliti melaporkan
bahwa pola sarapan yang tidak teratur berkaitan erat dengan
kejadian
berat badan lebih, obesitas, serta pola perilaku yang tidak sehat. Meskipun
banyak penelitian dalam kurun waktu lebih dari limapuluh tahun telah
menunjukkan berbagai manfaat sarapan, namun studi observasional di banyak
tempat menemukan adanya kecenderungan perilaku meniadakan sarapan di kalangan
anak dan remaja.
Di negara-negara barat dilaporkan bahwa prevalensi
anak dan remaja yang tidak sarapan cukup tinggi yaitu berkisar 10% -30% dan
terutama ditemukan pada remaja perempuan dan anak dari keluarga dengan sosial
ekonomi rendah.
Prevalensi sarapan juga terlihat menurun di beberapa
daerah lain seperti Mesir, India,
dan
Srilangka, sedangkan di Indonesia sejauh yang penulis ketahui sampai saat ini
belum banyak data atau laporan mengenai pola kebiasaan sarapan di kalangan anak
dan remaja usia
sekolah.
Berdasarkan
peringkat Human Development Index (HDI 2011), Indonesia berada pada urutan 124
dari 187 negara, dan masih berada jauh di bawah negara-negara ASEAN lainnya
seperti Singapore (26), Brunei (33), Malaysia (61), Thailand (103) dan Filipina
(112). Faktor-faktor yang menjadi penentu HDI yang dikembangkan oleh UNDP
(United Nations Development Program) adalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Ketiga faktor tersebut sangat berkaitan dengan status gizi masyarakat.
Anak-anak
sekolah dasar merupakan salah satu kelompok yang rawan mengalami gizi kurang
diantara penyebabnya ialah tingkat ekonomi yang rendah dan asupan makanan yang
kurang seimbang serta rendahnya pengetahuan orang tua. Anak sekolah dengan pola
makan seimbang cenderung memiliki status gizi yang baik [1]. Menurut RISKESDAS, penduduk yang mengkonsumsi
makanan di bawah 70% dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan tahun 2004
sebanyak 40,6%. Keadaan ini banyak dijumpai pada anak usia sekolah (41,2%),
remaja (54,5%), dan ibu hamil (44,2%) [2].
Menurut Hardinsyah (1998), anak-anak sekolah dasar
perlu mendapatkan perhatian karena berada pada masa pertumbuhan. Oleh karena
itu mereka membutuhkan makanan yang bergizi untuk menunjang pertumbuhan dan
aktivitas fisik setiap hari. Untuk memberikan zat gizi yang benar pada anak
usia sekolah harus dilihat dari banyak aspek seperti ekonomi, sosial, budaya,
dan agama disamping medik dari anak itu sendiri. Makanan pada anak usia sekolah
harus selaras (sesuai kondisi, ekonomi sosial budaya, serta agama dari
keluarga), serasi (sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak) dan seimbang
(nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan
makanan seperti karbohidrat, protein dan lemak). Menurut Muhilal (1998) porsi
makan/sarapan hendaklah mencukupi 25% dari angka kebutuhan energi dan zat gizi
lainnya dari angka kecukupan gizi sehari anak sekolah. Bila tidak sempat
sarapan sebaiknya membekali diri dengan makanan atau snackyang bergizi lengkap
dan seimbang, misalnya arem-arem atau roti isi daging (Judarwanto 2009).
Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting
sebagai sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah
dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik kuat mempunyai sifat
individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Kebutuhan gizi
anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan
jaringan (Moehji, 2003).
Prestasi belajar bagi siswa sangat penting, sebab
prestasi belajar akan menentukan
kemampuan
siswa dan menentukan naik tidaknya siswa ketingkat kelas yang lebih tinggi.
Sardiman (2002) menyatakan bahwa
prestasi adalah keberhasilan usaha yang dapat
dicapai.
Salah satu cara menilai kualitas seorang anak dengan melihat prestasi
belajarnya di
sekolah.
Hasil prestasi belajar bersifat dokumentatif yang dinyatakan dengan nilai
raport atau
nilai
ulangan harian. Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa ada dua
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal meliputi: 1)
motivasi untuk belajar, dimana motivasi adalah fase pertama dalam proses
belajar 2) nutrisi memegang sarana yang
paling
penting untuk meningkatkan kemampuan belajar 3) keadaan psikologis anak, sedangkan
faktor eksternal dipengaruhi oleh suara, 2 pencahayaan, temperatur dan desain
belajar (Hakim, 2002).
Meningkatkan taraf kesehatan seseorang maka, status
gizi masyarakat diperlukan dalam upaya program perbaikan gizi, dimana dalam
program ini adalah mewujudkan pola konsumsi makan yang baik dan benar (Depkes,
1995).
Makan pagi atau sarapan pagi mempunyai peranan penting
dalam memenuhi kebutuhan energi anak sekolah, karena dapat meningkatkan
konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran di sekolah, sehingga
prestasi belajar menjadi baik. Pada umumnya sarapan menyumbangkan energi
sebesar 25% dari kebutuhan gizi sehari (Azwar, 2002)
Sarapan pagi bermanfaat untuk konstrasi belajar, mekanisme
sarapan pagi yaitu selama proses pencernaan, karbohidrat di dalam tubuh dipecah
menjadi molekul-molekul gula sederhana yang lebih kecil, seperti fruktosa,
galaktosa dan glukosa. Glukosa ini merupakan bahan bakar otak sehingga dapat
membantu dalam mempertahankan konsentrasi,
meningkatkan
kewaspadaan, dan memberi kekuatan untuk otak (Parreta, 2009).
Khapipah (2000) melaporkan bahwa sebagian besar siswa
yang makan pagi dan jajan mempunyai status gizi normal (86,7%), sebagian siswa
yang hanya makan pagi saja (84,2%) juga mempunyai status gizi normal, hal ini
disebabkan karena sebagian siswa sudah mengetahui tentang pentingnya sarapan
pagi dengan melakukan sarapan pagi maka status gizi siswa normal dan
konsentrasi dalam menangkap pelajaran di sekolah menjadi mudah.
Makanan
jajanan tidak bisa terpisahkan dari kehidupan anak sekolah dasar. Konsumsi dan
kebiasaan
jajan pada anak sekolah sangat mempengaruhi kontribusi dan kecukupan energi dan
zat gizi yang berujung pada status gizi anak. Penelitian Ulya (2003) didapatkan
hasil bahwa kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi sehari berkisar antara
10%-20%, yaitu memberikan kontribusi sebesar 17,36% dan zat gizi makro seperti protein
12,4%, 15,1% karbohidrat, dan lemak 21,1% terhadap konsumsi sehari. Makanan
jajanan pada pedagang kaki lima dapat menyumbang energi bagi anak sekolah
sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi
52%, sehingga dapat diketahui peran penting makanan jajanan pada pedagang kaki
lima
untuk
pertumbuhan dan prestasi belajar anak (Judarwanto, 2006)
Pola asupan makanan pada anak telah menjadi hal yang
mendapat perhatian khusus karena pola
makan pada awal kehidupan cenderung akan menetap hingga masa dewasa.
Kebiasaan
sarapan banyak mendapat perhatian pada masa anak (Soepardi Soedibyo dkk, Kebiasaan
Sarapan di Kalangan Anak Usia Sekolah Dasar Sari Pediatri, Vol. 11, No. 1 Juni
2009 dan remaja.
Indonesian
Journal of Human Nutrition, Desember 2014, Vol. 1 No.2 : 135 – 148
137 Data RISKESDAS
menunjukkan bahwa masih terdapat anak usia sekolah dasar yang prevalensi status
gizinya (IMT/U) dengan kategori kurus di atas prevalensi nasional (7,6%) salah
satunya yang berada di wilayah provinsi Banten yaitu sekitar 9,5%. Menurut
jenis kelamin, prevalensi kependekan pada anak laki-laki lebih tinggi yaitu
36,5% daripada anak perempuan yaitu 34,5% [2]. Menurut tempat tinggal,
prevalensi anak kependekan di daerah perkotaan lebih rendah (29,3%)
dibandingkan anak perdesaan (41,5%). Prevalensi kependekan pada anak berbanding
terbalik dengan tingkat pendidikan kepala rumah tangga. Prevalensi kependekan
lebih tinggi pada anak dengan kepala rumah tangga yang yang tingkat pendidikan
rendah (SD dan tidak pernah sekolah)
dibandingkan dengan yang berpendidikan minimal SLTP. Prevalensi kependekan
terlihat semakin menurun dengan meningkatnya status ekonomi rumah tangga.
Prevalensi tertinggi (45,6%) terlihat pada keadaan ekonomi rumah tangga pada
kuintil terendah dan prevalensi terendah 21,7% pada keadaan ekonomi rumah
tangga kuintil tertinggi [2]. Hasil
penelitian ketahanan pangan Kota Tangerang menunjukkan bahwa dari tujuh
indikator yang digunakan dalam analisis pencapaian SPM Standar Pelayanan
Minimal bidang Ketahanan Pangan dan Gizi Kota Tangerang, ada empat indikator
yang telah mencapai target tahun 2015, yaitu ketersediaan energi dan protein
perkapita; ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah;
pengawasan dan pembinaan keamanan pangan; dan penanganan kerawanan pangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Tereza, et al (2008)
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dalam
kebiasaan sarapan. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa anak yang usianya
lebih tinggi (1012) tahun memiliki kebiasaan sarapan kurang baik lebih tinggi
dari pada ank usia rendah (7-9 tahun). Perilaku sarapan atau melewatkan sarapan
bervariasi sesuai umur. Prevalensi umur yang sering melewatkan sarapan adalah
usia remaja akhir dan dewasa muda. Alasan yang sering dijumpai adalah tentang
gambaran diri. Namun anak-anak juga cenderung melewatkan sarapan dibanding
waktu makan
lainnya (Nicklas, et al, 1998).
Jenis kelamin dalam epidemiologi juga mempengaruhi
penyebaran suatu masalah
kesehatan,
ada masalah kesehatan yang lebih banyak ditemukan pada kelompok laki-laki saja,
atau kelompok perempuan saja. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan kebiasaan sarapan pada
anak usia sekolah. Hal ini sejalan dengan penelitian Senanayake &
Parakramandasa (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
pada kebiasaan sarapan atau status nutrisinya wanita dengan pria dengan ratio
(1:1.08).Data dalam penelitian ini perempuan yang memiliki kebiasaan sarapan
kurang baik lebih rendah dari laki-laki.Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
Berkey, et al, (2000) yang menyatakan bahwa perempuan mempunyai kemungkinan
lebih tinggi untuk melewatkan sarapan dibanding laki-laki dikarenakan adanya tekanan
sosial untuk menjadi kurus dan menurunkan berat badan serta gambaran tubuh yang
negatif.
Karakteristik ekonomi dalam penelitian ini juga sangat
penting untuk dipertimbangkan. `Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan kebiasaan sarapan anak
usia sekolah. Hasil Riskesdas (2007) yang mengidentifikasi bahwa semakin tinggi
tingkat pendapatan dalam suatu keluarga maka semakin baik tingkat konsumsi
makanan sehat.Hal ini juga didukung oleh penelitian Dubois.et al (2011) yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan faktor sosio-ekonomi dan
demografi pada anak usia pra sekolah.Namun hal ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rasni (2008) yang menyatakan bahwa tingkat
pendapatan tidak selalu dapat menjamin kemampuan keluarga dalam menyediakan
makanan sehat.
Pendidikan
ibu merupakan faktor penting dalam pembentukan perilaku sehat anak. Dari hasil
bivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu
dengan
kebiasaan
sarapan anak usia sekolah. Hasil analisis juga mendapatkan nilai OR sebesar
1,758
artinya
keluarga dengan pendidikan ibu rendah akan memberi peluang 1,758 kali untuk
membentuk kebiasaan sarapan anak kurang baik dibanding dengan anak yang
pendidikan ibu
tinggi. Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hong et al, 2006; Pongou et al,
2005; Kamal
et al (2010) yang menyatakan bahwa rendahnya status nutrisi anak menggambarkan
tidak seimbangnya asupan nutrisi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan
dan sosioekonomi, seperti pendapatan keluarga yang rendah, tingkat pendidikan ibu,
urutan anak dan lamanya masa menyusui. Kebiasaan makan yang dilakukan oleh
keluarga akan membentuk pada anaknya. Dalam penelitian ini kebiasaan makan
keluarga mempunyai hubungan yang signifikan dengan kebiasaan makan pada anak
yaitu kebiasaan sarapan dengan nilai signifikasi 0,010. Hal ini menunjukkan
adanya bahwa kebiasaan ma
kan dalam
keluarga akan membentuk kebiasaan makan pada anak. Penelitian sejalan dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh Degeling (2012) bahwa ada hubungan yang kuat
antara waktu makan keluarga yang teratur dengan perkembangan psikososial yang
positif bagi
anak.Ketersediaan
makanan merupakan faktor penting dalam kebiasaan sarapan anak.
Hasil
analisis bivariat dalam penelitian ini penyediaan makanan mempunyai hubungan
yang
bermakna
dengan kebiasaan sarapan pada anak usia sekolah dengan nilai p (p value) sebe
sar 0,000.
Hal ini diperkuat dengan analisis lebih lanjut bahwa keluarga yang tidak
melakukan penyediaan makanan dengan baik mempunyai peluang 13,333 kali untuk
membentuk kebiasaan sarapan kurang baik pada anak usia sekolah dibandingkan
dengan keluarga yang melakukan penyediaan makanan dengan baik (OR:13,33;95% CI:
4,552 –39,057). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nefitasari, Anggoradi dan Triyanti (2009) dimana ketersediaan makanan
berhubungan dengan perilaku sarapan pada anak mempunyai hubungan yang bermakna.
Model peran orang tua adalah kunci untuk pembentukan kebiasaan sehat bagi anak.
Anak meniru perilaku orang di sekitar mereka (orang tua, saudara kandung)
adalah model peran utama.Anak cenderung mengadopsi kebiasaan makan yang
dilakukan orang tuanya. Dalam penelitian ini model peran orang tua mempunyai
hubungan yang signifikan dengan kebiasaan sarapan pada anak usia sekolah. Hasil
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sirikulchayanonta, Iedsee dan
Shuaytong (2010) yang menyatakan bahwa model peran orang tua dalam mengkonsumsi
makanan merupakan faktor utama dalam menentukan pola konsumsi anak terhadap
makanan tersebut dimasa mendatang.
Seseorang dalam melakukan kegiatan dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor
Eksternal. Motivasi
internal seseorang muncul dari hasil pengalaman seseorang. Hasil bivariat
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pemberian motivasi dengan
kebiasaan sarapan pada anak usia sekolah dengan p value < α. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Cotento et al, 1993 (dalam Brown dan
Ogden, 2004 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara motivasi makan yang
sehat pada ibu dengan kualitas makan anak. Hasil ini diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Brown dan Ogden (2004) bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara orang tua dan anak untuk motivasi internal dan bukan
motivasi eksternal, menunjukkan bahwa anak lebih menyukai motivasi makan ketika
mereka kesal atau marah terhadap orang tua mereka. Perasaan cinta orang tua
terhadap anak dalam pembentukan kebiasaan makan dapat di wujudkan dengan
menyediakan waktu untuk mendampingi anak pada saat makan.Pendampingan pada saat
sarapan merupakan wujud nyata dari sikap cinta orang tua terhadap anaknya.
Hasil analisa bivariat menunjukkan hasil bahwa perasaan cinta orang tua dan
kebiasaan sarapan pada anak usia sekolah tidak memiliki hubungan yang bermakna
dengan uji chi square menunjukkan
Pvalue lebih
besar dari 0.005 yaitu 1,000. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Babicz dan Zielinska (2006) yang menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi orang untuk mengkonsumsi makanan adalah faktor psikologi
didalamnya
termasuk
motivasi, sikap dan perasaan saling mengasihi. Hasil analisis juga menunjukkan
nilai OR sebesar 1,050, artinya orang tua yang memberikan kasih sayang kepada
anak dengan baik akan memberikan peluang 1,05 kali menyebabkan kebiasaan
sarapan yang baik pada anak dibandingkan orang tua yang tidak memberikan kasih
sayang. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Degeling
(2012) mengungkapkan bahwa kebiasaan makan bersama dengan keluarga secara
teratur berhubungan dengan perkembangan psikologis yang postif bagi anak.
Penelitian ini juga menyebutkan bahwa kebiasaan makan bersama keluarga secara
rutin dapat meningkatkan ikatan keluarga dan ketrampilan koping pada remaja,
dimana ikatan yang kuat dan ketrampilan koping sangat penting untuk
perkembangan anak. Model peran merupakan varaibel yang paling dominan dalam
penelitian ini dengan nilai OR=16.092. Artinya keluarga yang tidak melakukan
model peran dengan baik beresiko 16,092 kali lebih tinggi memiliki anak dengan
kebiasaan sarapan kurang baik dibandingkan keluarga yang melakukan model peran.
Hal ini sejalan dengan teori Friedman, Bowden dan Jones (2003) yang menyatakan
bahwa keluarga adalah unit dasar dalam masyarakat yang memberikan pengaruh
terbesar terhadap anggota dan merupakan penentu keberhasilan dan kegagalan dari
anggota yang ada didalam
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, kelak
mereka akan menjadi kader penerus pembangunan di Indonesia. Pemerintah harus
berupaya untuk meningkatan kualitas sumber daya manusia sejak dini, baik dari
segi kesehatan maupun kecerdasan secara sistematis.
JURNAL GIZI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
APRIL 2014,
VOLUME 3, NOMOR 1
Tumbuh
kembang anak usia sekolah serta prestasi belajar memerlukan asupan zat giziyang
memadai, baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Hidayat, 1995 : 597). Anak
sekolah sangat membutuhkan asupan zat gizi. Sarapan sangat penting bagi anak sekolah.
Anak yang terbiasa sarapan pagi akan mempunyai kemampuan yang lebih baik dibanding
anak yang tidak terbiasa sarapan pagi. Sarapan pagi akan memacu pertumbuhan dan
memaksimalkan kemampuan anak di sekolah (Elizabeth,2003).
Banyak anak
yang tidak melakukan sarapan pagi, mereka lebih memilih mengkonsumsi
Makanan jajanan
di luar rumah atau di sekolah yang kualitas gizinya tidak terjamin. Makanan
jajanan
diluar seringkali tidak memperhatikan mutu gizi, kebersihan, dan keamanan
pangan.
Tidak
sedikit masalah yang timbul akibat orang tua kurang kepeduli terhadap makanan
yang
dikonsumsi
anak di sekolah. Makanan yang tidak aman dan tidak bergizi menimbulkan penyakit,
seperti diare bahkan kanker dan dapat mengakibatkan tidak tercapainya angka
kecukupan gizi.Makanan jajanan yang baik memenuhi beberapa aspek penting seper
ti cita
rasa, bersih, bergizi, aman, dan menarik. Diperlukan bimbingan dan arahan pada
siswa dalam pemilihan makanan jajanan yang sehat, bergizi, dan aman. Orang tua
sebaiknya menyiapkan dan membiasakan anak sarapan sebelum berangkat sekolah,
atau menyiapk
an bekal
sekolah berupa makanan jajanan sehat, bergizi, dan aman.
Anak usia
sekolah merupakan kelompok at riskdengan berbagai permasalahan seperti
masalah
belajar, masalah kesehatan, pola makan, hbungan dengan orang tua dan teman
sebaya, sehingga perlu dikaji lebih mendalam dan mendapat perhatian penuh dari
or
ang tua
(Stanhope &Lancaster, 2004)
Anak usia sekolah (7-12 tahun) dikarakteristikan
dengan perubahan secara cepat dan merupakan fase yang krusial pada perkembangan
secara biologis seperti peningkatan kematangan, berat badan, lemak tubuh,
penampilan ciri-ciri seksual sekunder dan dimulainya
masa pubertas
pada laki-laki dan perempuan.
Masalah gizi yang terjadi pada anak usia sekolah dapat
menyebabkan beberapa masalah kesehatan. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas 2010) , secara nasional. prevalensi anak pendek (kerdil) masih
diatas 3%. Prevalensi anak pendek mencerminkan adanya riwayat kurang gizi.
Prevalensi kekurusan kelompok umur 6-
14 tahun di
propinsi Jawa Tengah sebanyak 13,4% pada laki-laki, dan 11,3% pada anak
perempuan. Di kabupaten Tegal, prevalensi kekurusan pada anak laki-laki sebesar
16,4% dan 12,2% pada anak perempuan (Riskesdas, 2008). Masalah-masalah tesebut
dapat dicegah dengan memenuhi kebutuhan gizi anak. Upaya pemenuhan gizi pada
anak antara lain dilakukan dengan sarapan.
Fungsi
sarapan
- Memberikan nutrisi pada otak, sehingga anak yang sarapan berprestasi lebih baik disekolah dari pada anak yang tidak sarapan
- Mengendalikan berat badan
Persiapan dalam menerima pendidikan ada beberapa
macam, salah satunya adalah waktu. Ketidaksiapan masyarakat dalam memulai waktu
pembelajaran. Yaitu ketika siswa dituntut untuk memulai waktu belajar dengan
batas waktu yang padat, maka siswa akan melupakan hal-hal yang kecil, contohnya
saja sarapan. Padahal dari hal kecil ini kita bisa mengalami efek yang cukup
besar terhadap konsentrasi siswa dalam belajar. Sarapan sangat penting bagi
seseorang terutama bagi anak-anak dan remaja karena bukan hanya memberi energi
untuk memulai hari yang baru, tetapi juga mempunyai fungsi di bidang lain,
termasuk mengontrol berat badan dan performance kognitif (Zelman, M, 2007).
Fungsi dan Manfaat Sarapan Fungsi sarapan bagi tubuh
layaknya fungsi makanan bagi tubuh manusia yakni sebagai pemasok energy dan
sumber tenaga untuk melakukan aktivitas, pertumbuhan, dan pemeliharaan jaringan
tubuh, serta mengatur proses tubuh.
Menurut ahli gizi dari akademi gizi Bogor, Tuti
Soenardi, sarapan pagi berfungsi untuk menghsilkan energy. 3 Menurut Khomsan
(2004), sarapan pagi dapat memberikan manfaat bagi tubuh yaitu : Sarapan pagi
dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula
darah. Kadar gula darah yang terjamin normal menyebabkan gairah dan konsentrasi
kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan
produktifitas. Sarapan pagi dapat memberikan kontribusi penting akan beberapa
zat gizi yang diperlukan oleh tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan
mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses
fisiologis dalam tubuh. Sedangkan manfaat sarapan di antaranya adalah untuk
memelihara ketahanan tubuh, agar dapat bekerja atau belajar dengan baik,
membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan materi
pelajaran, serta membantu mencukupi zat gizi. 1 B. Konsentrasi Belajar
Kosentrasi belajar berasal dari kata konsentrasi dan belajar. Hornby dan
Siswoyo (1993:69) mendefinisikan konsentrasi (concentration) adalah pemusatan
atau pengerahan (perhatiannya ke pekerjaannya atau aktivitasnya). Hamalik
(1995:36) mendefinisikan belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu
proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Sejalan dengan
perumusan itu, berarti pula belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Leane mengingatkan pentingnya sarapan sebagai makanan
pertama yang masuk ke dalam perut setelah sepanjang malam tidur. Makanan inilah
yang kemudian diandalkan sebagai cadangan energi untuk kelangsungan aktivitas
anak di rumah atau di sekolah. Sarapan memasok kebutuhan energi cukup besar ke
dalam tubuh, sekitar 35 persen. Kalau pola makannya empat kali sehari, maka
sarapan memasok 25% kebutuhan energy. (Leane, dalam Tabloid Nova : 2011)
Sarapan juga berperan melindungi tubuh terhadap dampak negatif kondisi perut
kosong selama berjam-jam. Karena kadar gula darah hanya mampu bertahan hingga 2
jam. Setelah itu, yang bersangkutan mesti mengisi perutnya kembali agar
tubuhnya bisa beraktivitas secara optimal. Jika tidak, maka pasokan energi
glukosa bagi otak bisa terganggu. Kalau kebiasaan buruk tidak sarapan
dipertahankan, bukan tidak mungkin anak akan menunjukkan gejala hipoglikemia
(rendahnya kadar gula darah). Gejalanya antara lain rendahnya kemampuan
berkonsentrasi, cepat lelah, dan mudah mengantuk. Akibatnya, kemampuan anak
menangkap pelajaran pun jadi rendah. Akibat lemas, anak jadi cenderung lamban
dan tidak kreatif dalam berpikir.
Yang juga memprihatinkan, anak dengan kadar gula darah
di bawah normal amat berpeluang mengalami pingsan. Khususnya ketika anak aktif
bermain dan bergerak ke sana kemari, berdiri lama saat mengikuti upacara, atau
terkena terik sinar matahari. Kadar gula darah yang rendah bisa membuat
kesadaran anak menurun drastis hingga akhirnya jatuh pingsan.
Membiasakan
Sarapan Sehat dan Bergizi Sebelum Berangkat ke Sekolah Agar anak tidak mudah
bosan dengan menu yang seperti itu saja, hendaknya orang tua rajin berkreasi membuat
variasi hidangan. Keuntungan lain, anak jadi terbiasa dengan aneka menu dan ragam
bahan makanan yang berbeda. Jangan lupa takaran porsi, tatanan penyajian,
maupun variasi warna dan cita rasa hendaknya disajikan sesuai dengan selera dan
kondisi anak. Berikut beberapa contoh sederhana menu sarapan yang
direkomendasikan kecukupan gizinya oleh Leane : * Sepiring nasi goreng lengkap
dengan telur mata sapi/ikan/ayam, ditambah irisan sawi, kemudian disajikan bersama
secangkir teh manis atau susu. * Semangkuk bubur ayam, lengkap dengan telur
rebus, ayam suwir, ati ampela goreng, cakue, dan teh manis. * Roti dua potong,
dioles margarin ditambah taburan cokelat atau disisipi sosis/burger. Sajikan
bersama jus buah. * Semangkuk bubur kacang hijau ditambah dengan segelas susu.
DAFTAR
RUJUKAN
KBBI
(2002:999), Dinkes Kesehatan DKI Jakarta, 2011. Siagian, 2011. Elizabeth, 2003.
Khomsan, 2002. Khomsan, 2010. Moehji, 2009. Almatsier, S. 2010. Yusnalaini,
2004. Soekirman, 2000. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka Fahmi, Rizka. 2013. Pengaruh Asupan Gizi Terhadap
Tingkat Prestasi Siswa. Makalah disajikan untuk memenuhi tugas individu,
(http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Sarapan-Bergizi-TingkatkanKonsentrasi2,
diakses tanggal 19 Oktober 2013) Imam, Saiful. 2011. Sarapan Bergizi Tingkatkan
Konsentrasi. Tabloid Nova Kesehatan, (http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Anak/Sarapan-Bergizi-TingkatkanKonsentrasi2,
diakses 19 Oktober 2013) Khomsan, A. 2004. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada Priyanto, Hendy. 2011. Manfaat Sarapan Pagi Bagi
Pelajar,
(http://bimbelstudygamma.blogspot.com/2011/11/manfaat-sarapan-pagi-bagipelajar.html,
diakses 8 November 2013)